Cara Meningkatkan Prestasi Belajar
yang Rendah
Permasalahan utama yang dihadapi
dunia pendidikan dewasa ini adalah Rendahnya Prestasi Belajar siswa. Hal ini merupakan sebuah koreksi bagi kinerja
dunia pendidikan, khususnya para pegiat pendidikan. Kita memang sangat terenyuh
melihat kenyataan rendahnya prestasi belajaar para siswa kita. Ini mencerminkan
proses pendidikan dan pembelajaran yang gagal.
Terkait dengan kondisi tersebut,
maka setidaknya kita perlu melakukan introspeksi terhadap segala hal yang
telah kita perbuat untuk proses pendidikan anak bangsa. Bahwa pendidikan
dilakukan pada 3 (tiga) tempat yang paling utama, yaitu di rumah, di
sekolah, dan di masyarakat. Oleh karena itulah, jika kita mendapati kenyataan
jelek yaitu rendahnya prestasi belajar siswa, maka sebenarnya merupakan
tanggungjawab bersama tiga aspek tersebut. Tentunya sebagai akibat rendahnya
prestasi belajar siswa, maka kualitas sumber daya manusia (SDM) juga
terpengaruh. Hal ini karena adanya keterkaitan nyata antara prestasi belajar
dengan kualitas sumber daya manusia. Siswa yang berprestasi mencerminkan sumber daya manusia
yang berkualitas, sementara siswa yang tidak berprestasi atau rendah
prestasinya menunjukkan sumber daya manusia yang berkualitas rendah juga.
Terkait dengan hal tersebut, maka
perlu kiranya kita secara intens dan bersama-sama memberikan perhatian ekstra
terhadap dunia pendidikan.
Kita tidak boleh terjebak oleh rendahnya prestasi belajar siswa sehingga merasa
terpuruk dan enggan beranjak dari kondisi tersebut. Untuk hal tersebut kita
perlu memperhatikan beberapa hal berikut:
Proses Pembelajaran
Harus Efektif
Rendahnya prestasi belajar siswa
sebenarnya merupakan satu pukulan telak yang diterima oleh guru dan dunia pendidikan. Ini merupakan satu kondisi yang
memalukan dan harus segera ditindak-lanjuti dengan penanganan efektif. Untuk
hal tersebut, maka guru seharusnya benar-benar memaksimalkan proses
pembelajaran sehingga materi dan target dapat dicapai secara maksimal dan efektif.
Dengan demikian, maka kualiats SDM dapat dipertahankan, bahkan ditingkatkan
secara signifikan.
Efektifitas
proses pembelajaran pada jaman sekarang sangat tergantung pada tingkat
kebersamaan siswa dalam melaksanakan tugas dan kewajiban belajarnya. Jika
tidak, maka segala upaya yang kita lakukan sama sekali tidak berguna untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Ini merupakan kewajiban untuk mengangkat
rendahnya prestasi belajar siswa.
ü Siswa Harus Berperan
Aktif Dalam Proses Pembelajaran
Konsep pembelajaran beralih secara
signifikan pada proses pembelajarannya, dimana pada jaman dahulu, konsepnya
menempatkan guru sebagai pusat belajar,
maka sekarang siswa adalah pusat belajarnya. Artinya untuk meningkatkan rendahnya
prestasi belajar siswa, maka siswa seharusnya memposisikan diri sebagai pusat
kegiatan, sehingga setiap kegiatan belajar adalah bagian kegiatannya. Siswa
harus terlibat dan berperan secara aktif dalam proses pembelajaran. Mereka
tidak boleh hanya menunggu perintah atau menjadi pendengar setia dari proses
pembelajaran di kelasnya. Mereka harus mengambil peranan secara aktif. Jika
mereka mengambil peranan aktif dalam proses pembelajaran, maka rendahnya prestasi
belajar siswa dapat ditingkatkan.
Siswalah yang sesungguhnya menentukan keberhasilan belajarnya. Jika mereka
aktif belajar, maka tingkat keberhasilannya semakin bagus
Peranan Orangtua
Pada Belajar Anak-anaknya
Orangtua atau keluarga adalah tempat
belajar siswa untuk pertama kalinya. Sejak kecil, mereka berada di
lingkungan keluarga sehingga
mereka secara langsung melakukan proses belajar. Siswa belajar dari orang-orang
yang berada di sekitarnya sehingga mempunyai kemampuan melakukan sesuatu.
Dengan demikian, sebenarnya orangtua mempunyai
peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan rendahnya prestasi belajar
siswa.
Seringkali terjadi, orangtua
menyerahkan sepenuhnya proses pendidikan dan pembelajaran anak-anaknya kepada sekolah. Mereka
merasa dunia pendidikan mempunyai kemampuan untuk memberikan proses pendidikan
dan pembelajaran yang dibutuhkan anak-anaknya da tidka perlu ditambah di rumah.
Akibatnya adalah rendahnya prestasi belajar anak-anak sebab tidak ada bimbingan
di rumah.
ü Masyarakat Sebagai
Tempat Belajar Siswa
Lingkungan terakhir yang menjadi
tempat belajar anak-anak adalah lingkunganmasyarakat. Di lingkungan inilah, banyak waktu yang
dihabiskan anak. Mereka bergerak dan bersosialisasi dengan banyak orang sebagai
wujud dirinya makhluk sosial. Dengan demikian, maka semakin berkurang waktu
yang mereka miliki untuk belajar. Dan, dalam konteks inilah yang selanjutnya
menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa.
Anak-anak kehilangan waktu untuk
belajar sebab terlalu asyik dengan interaksi antar personal di masyarakat.
Mereka tidak pernah belajar sebab kegatan di masyarakat jauh lebih menarik
perhatian mereka daripada sekedar belajar di depan meja
belajar. Dalam kondisi inilah, maka
seharusnya
Dunia
pendidikan kita ditandai oleh disparatis antara pencapaian academic standard
dan performance standard. Faktanya, banyak peserta didik menyajikan tingkat
hafalan yang baik terhadap materi ajar yang diterimanya, namun pada
kenyataannya mereka tidak memahaminya. Sebagian besar dari peserta didik tidak
mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana
pengetahuan tersebut akan dipergunkan atau dimanfaatkan. Peserta didik memiliki
kesulitan untuk memahami konsep akademik sebagai mana mereka biasa diajarkan
yaitu dengan menggunakan sesuatu yang abstrak dan metode ceramah. Padahal
mereka sangat butuh untuk dapat memahami konsep-konsep yang berhubungan dengan
tempat kerja dan masyarakat umumnya di mana mereka akan hidup dan bekerja.
Disparitas
terjadi karena pembelajaran selama ini hanyalah suatu proses
pengondisian-pengondisian yang tidak menyentuh realitas alami. Pembelajaran
berlatar realitas artificial. Aktivitas kegiatan belajar mengajar selama ini
merupakan pseudo pembelajaran. Terdapat jarak cukup jauh antara materi yang dipelajari
dengan peserta didik sebagai insan yang mempelajarinya. Materi yang dipelajari
terpisah dari peserta didik yang mempelajarinya.
Sebagai
medium pendekat antara materi dan peserta didik pada pembelajaran artificial
adalah aktivitas mental berupa hafalan. Pembelajaran lebih menekankan
memorisasi terhadap materi yang dipelajari daripada struktur yang terdapat di
dalam materi itu. Pembelajaran seperti ini melelahkan dan membosankan. Belajar
bukan manifestasi kesadaran dan partisipasi, melainkan keterpaksaan dan
mobilisasi. Dampak psikis ini tentu kontraproduktif dengan hakikat pendidikan
itu sendiri yaitu memanusiakan manusia atas seluruh potensi kemanusiaan yang
dimiliki secara kodrati.
Pembelajaran
seharusnya menjadi aktivitas bermakna yakni pembebasan untuk mengaktualisasi
seluruh potensi kemanusiaan, bukan sebaliknya. Seiring dengan pengembangan
filsafat kontruktivisme dalam pendidikan selama dekade ini, muncul pemikiran
kritis merenovasi pembelajaran bagi anak bangsa negeri ini menuju pembelajaran yang
berkualitas, humanis, organis, dinamis, dan kontruktif. Salah satu pemikiran
kritis itu dan salah satu upaya yang dapat dikembangkan oleh sekolah adalah
pembelajaran aktif, inovatif, kreatif,efektif dan menyenangkan atau PAIKEM.
·
Pembelajaran
menunjuk
pada proses belajar yang menempatkan peserta didik sebagai center stage
performance. Pembelajaran lebih menekankan bahwa peserta didik sebagai makhluk
berkesadaran memahami arti penting interaksi dirinya dengan lingkungan yang
menghasilkan pengalaman adalah kebutuhan. Kebutuhan baginya mengembangkan
seluruh potensi kemanusiaan yang dimilikinya.
·
Aktif
Pembelajaran
harus menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif
bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakangagasan. Belajar memang merupakan
proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses
pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan.
Pembelajaran aktif adalah proses belajar yang menumbuhkan dinamika belajar bagi
peserta didik. Dinamika untuk mengartikulasikan dunia idenya dan mengkonfrontir
ide itu dengan dunia realitas yang dihadapinya.
·
Inovatif
pembelajaran
merupakan proses pemaknaan atas realitas kehidupan yang dipelajari. Makan itu
hanya bisa dicapai jika pembelajaran dapat memfasilitasi kegiatan belajar yang
member kesempatan kepada peserta didik menemukan sesuatu melalui aktivitas
belajar yang dilakoninya.
·
Kreatif
pembelajaran
harus menumbuhkan pemikiran kritis, karena dengan pemikiran seperti itulah
kreativitas bisa dikembangkan. Pemikiran kritis adalah pemikiran reflektif dan
produktif yang melibatkan evaluasi bukti. Kreativitas adalah kemampuan berpikir
tentang sesuatu dengan cara baru dan tak biasa serta menghasilkan solusi unik
atas suatu problem.
·
Efektif
Pembelajaran
efektif adalah jantungnya sekolah efektif. Efektivitas pembelajaran merujuk
pada berdaya dan berhasil guna seluruh komponen pembelajaran yang diorganisir
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran efektif mencakup keseluruhan
tujuan pembelajaran baik yang berdimensi mental, fisik, maupun sosial.
Pembelajaran efektif “memudahkan” peserta didik belajar sesuatu yang
“bermanfaat”.
·
Menyenangkan
Pembelajaran
menyenangkan adalah pembelajaran dengan suasana socio emotional climate
positif. Peserta didik merasakan bahwa proses belajar yang dialaminya bukan
sebuah derita yang didera dirinya, melainkan berkah yang harus disyukurinnya.
Belajar bukanlah tekanan jiwa pada dirinya, namun merupakan panggilan jiwa yang
harus ditunaikannya. Pembelajaran menyenangkan menjadikan peserta didik ikhlas
menjalaninya. Pembelajaran PAIKEM adalah pembelajaran bermakna yang
dikembangkan dengan cara membantu peserta didik membangun keterkaitan antara
informasi (pengetahuan) baru dengan pengalaman (pengetahuan lain) yang telah
dimiliki dan dikuasai peserta didik. Peserta didik dibelajarkan bagaimana
mereka mempelajari konsep dan bagaimana konsep tersebut dapat dipergunakan di
luar kelas. Praktik PAIKEM membutuhkan kemampuan teoritik dan praktik.
Kemampuan teoritik meliputi arti belajar, dukunagn teoritis, model
pembelajaran, dan pembelajaran kontekstual. Kemampuan praktik adalah
mempraktikan metode-metode PAIKEM.
PAIKEM sebagai proses learning to
know, learning to do, learning to be, dan learning to live together mendorong
terciptanya kebermaknaan belajar bagi peserta didik. Aspek
pengetahuan-pengetahuan tersebut penting sebagai landasan bagi guru maupun
calon guru berpikir logis dan bertindak profesional atas profesinya. Bertolak
pada kebutuhan pendidikan di era global dan tuntutan profesionalisme kependidikan,
metode bertajuk PAIKEM (Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif
Menyenangkan) proses dan hasil belajar peserta didik diharapkan akan meningkat.
Dengan meningkatnya proses dan hasil belajar maka diharapkan kualitas
pendidikan juga akan meningkat martabat bangsa kita.[2]
[1] www. AnneAhira.com
Usaha dalam rangka
membina dan mengembangkan prestasi belajarmemang bermacam-macam bentuknya,
caranya yang harus di tempuh diantaranya:
a. Memperhatikan kadar gizi makanan yang cukup
Memperhatikan kadar gizi ini cukup besar artinya dalam pembentukan janin
yang ada dalam kandungan ibunya, karena hal ini akan dapat mempengaruhi
perkembangan intelegensi anak bila lahir nanti.
Demikian pula setelah anak tersebut lahir pada fase-fase perkembangan berikutnya.Makanan
yang bergizi tetap akan di butuhkan terutama pada usia balita.Hal ini di
karenakan kadar gizi yang terkandung dalam makanan berpengaruh besar terhaadap
perkembangan jasmani, rohani, serta intelegensinya juga menentukan efektifitas
kerjasamanya.Seandainya terjadi kekurangan pemberian makanan yang bergizi, maka
pertumbuhan dan perkembanagan anak yang bersangkutan akan terhambat, terutama
perkembanagan mental atau otaknya, apabila otak tidak dapat tumbuh berkembangan
secara normal pula, maka akibatny aanak kurang cerdas. Oleh karena itu dalam
usaha membina dan mengembangkan prestasi belajar tidak akan mengabaikan tentang
faktor gizi makanan.
b. Memperhatikan
tingkat kematangan
Setiap anak dasarnya memiliki dunia
sendiri dengan irama pertumbuhan dan perkembangan yang berlainan dengan orang
dewasa.35Akan tetapi pernyataan kemampuan anak yang di bawa sejak lahirdan
lingkungan yang melatihnya tidak berbuat apa-apa kecuali seorang anak itu
memang telah matang dan mampu melakukan tugas perkembangan, misal seorang anak
yang berusia empat bulan atau lima bulan tidak biasa untuk berjalan sendiri sekalipun
oleh pengasuhnya, diusahakan sedemikian rupa, karena anak, tersebut belum
matang dalam melakukan itu.
Oleh karena itu tugas pendidik dalam rangka membina dan mengembangkan
prestasi belajar anak didiknya adalah memperhatikan tingkat
perkembangannya dengan pengertian dan pengetahuan terhadap perkembangan anak
didiknya. Maka di harapkan guru dapat memberikan pelajaran termasuk
metode yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak, khususnya
perkembangan intelektualnya. Jadi yang di maksud dengan tugas perkembangan yang
di maksud adalah sesuatu yang dapat di harapkan dapat di capai
seseorang dalam tahap-tahap perjalanan hidupnya, yang di
maksud sesuatu adalah biasa jadi kecakapan atau ketrampilan
baik secara fisik maupun psikis.
c. Membangkitkan
motivasi belajar
Motivasi yang di maksud disini adalah
suatu keadaan yang ada didalam diri anak yang mendorong individu untuk
melakukan aktifitasaktifitas tertentu guna mencapai tujuan yang di cita-citakan
0 komentar on Cara Meningkatkan Prestasi Belajar yang Rendah :
Silahkan berkomentar yang baik dan Jangan Spam !